Rabu, 31 Desember 2008

PERAN BIDAN PROFESIONAL DI ERA GLOBALISASI

PERAN BIDAN PROFESIONAL DI ERA GLOBALISASI

DI JAWA TIMUR


Disusun oleh:

1. Ana Rusdiana (12008004)

2. Asih Trisnawati (12008015)

3. Dona Wahyuana (12008032)

4. Etik Suprihatin (12008040)

5. Evi Okta Kholifasari (12008041)

6. Heni Safitri (12008045)

7. Mika Agustina (12008077)

8. Olexandria Tamara B (12008092)

9. Ratih Susanti (12008099)

10. Rini Indarti (12008106)

AKADEMI KEBIDANAN ESTU UTOMO BOYOLALI

2008 / 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia,taufik dan hidayah-Nya kepada kami.Dengan demikian kami masih bisa menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan apapun.Tak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak,seperti :

1. Bpk. Basirun Spd selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Pancasila yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan kepada kita sekalian.

2. Bapak ibu selaku orang tua yang telah memberikan dukungan baik materiil maupun spirituiil

3. Teman-teman sekalian yang juga memberikan dukungan hingga terselesaikannya makalah ini

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

Harapan kami semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjuk terhadap segala upaya yang kami lakukan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.

Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)

Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.

Kalau saja tidak ada bidan, tidak bisa dibayangkan bagaimana kesibukan dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Baru terasa mules, atau mungkin pembukaan satu ibu hamil sudah ribut, dokter harus menunggu menjawab kengerian mereka. Memang pembangunan kesehatan di Indonesia masih diwarnai rawannya derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rentan yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan nifas serta bayi pada masa prenatal yang ditandai masih tingginya angka kematin ibu (AKI) karena melahirkan. Itu lah sebabnya, peran bidan dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana perlu mendapat perhatian besar demi kelangsungan hidup ibu dan anak. Guna meningkatkan kualitas SDM bidan, Universitas Airlangga, Jawa Timur, bakal membuat terobosan sendiri dengan menyediakan diskon SPP bagi bidan di Jawa Timur yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan S-1 nya di kampus Unair. Seiring perkembangan era teknologi dan globalisasi saat ini, peran bidan menjadi ujung tombak kelangsungan hidup matinya seorang anak manusia yang lahir ke dunia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa 66% persalinan, 93% kunjungan antenatal dan 80 % dari pelayanan keluarga berencana dilakukan oleh bidan. Bidan sangat berperan dalam pencapaian 53 % prevalensi pemakaian kontrasepsi. Apalagi, 58% pelayanan kontrasepsi suntik dilakukan oleh bidan praktek swasta dan 25% pemakai kontrasepsi Pil, IUD dan implant dilayani oleh bidan praktek swasta. Disisi lain, sukses yang telah diraih selama ini menimbulkan tantangan baru bersama dengan kemajuan pembangunan di tanah air. Kesejahteraan yang semakin meningkat disertai dengan tingkat pendidikan masyarakat akan menimbulkan tuntutan kualitas pelayanan. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sebagai organisasi profesi yang sangat peduli pada anggotanya serta sensitif pada masalah kesehatan yang ada di negara ini senantiasa memperhatikan tingkat profesionalisme para bidan. Berbagai upaya telah dilakukan IBI dengan melakukan kegiatan yang berfokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota dalam pemberian pelayanan serta kelengkapan sarana sesuai standar. Dengan kekuatan organisasi pada setiap jenjang kepengurusan, hampir setiap cabang IBI telah mempunyai kantor sekretariat tempat melakukan aktifitas yang merupakan center pembinaan anggota, bahkan juga tempat pelayanan milik organisasi sebagai tempat meningkatkan ketrampilan anggota melalui program magang dan sekaligus merupakan tempat usaha yang berbadan hukum dengan nama Yayasan Buah Delima. Melalui kegiatan yayasan ini, IBI melengkapi kebutuhan para bidan baik berupa sarana pelayanan termasuk obat dan alat kontrasepsi maupun berupa dana untuk meningkatkan tempat pelayanan. Di sela kesibukan menempuh pendidikan formal tingkat akademi yang merupakan standar minimal pendidikan bidan atau lebih atas lagi, para pengurus masih menyempatkan melakukan pembinaan di setiap tingkat kepengurusan. Di tingkat provinsi diberikan kepada pengurus cabang dengan muatan kebijakan-kebijakan organisasi, pengembangan pengetahuan baru yang akan diteruskan kepada anggota di tingkat cabang dan ranting sebagai upaya pemberdayaan pengurus. Dan saat ini, IBI provinsi Jatim boleh berbangga hati karena pihak rektorat Universitas Airlangga bakal menyediakan peluang bagi bidan di Jatim untuk mengembangkan pengetahuan akademinya hingga jenjang S1 di kampus Unair. “Kemungkinan besar, bidan-bidan yang beruntung nanti akan mendapat korting SPPnya dari Unair, “ cetus Prof Dr H Haryono Suyono Guru Besar Universitas Airlangga ini saat berbicara dalam seminar Peningkatan Kualitas Bidan di kampus Unair dalam rangka memperingati 50 Tahun Unair, yang terselenggara atas kerjasama Ikatan Bidan Indonesia (IBI) provinsi Jawa Timur dengan Universitas Airlangga, Jatim. Ucapan Wakil Ketua I Yayasan Damandiri sebenarnya cukup beralasan, karena sebelumnya telah dilakukan pendekatan dengan banyak pihak, khususnya pihak rektorat. Dengan kata lain, Universitas Airlangga memang telah siap mengangkat para bidan se Jatim menjadi sarjana melalui program S1-nya. Hadir dalam seminar Pembantu Rektor I Unair, Prof Dr Fasikhul Ihsan, Sukaemi Sukir, SPd,-Ketua IBI provinsi Jatim dan Prof Muhammad Amin, Direktur Program Pascasarjana Unair.Jajaran pengurus IBI se Jatim memenuhi auditorium Fakultas Kedokteran UNAIR. Menurut Sukaemi, selain mengupayakan para bidan yang tergabung dalam IBI memperoleh tingkat pendidikan memadai, IBI juga melakukan kegiatan berupa seminar pendidikan berkelanjutan, pelatihan-pelatihan berbasis kompetensi (menggunakan standar WHO) yang telah dan sedang dilaksanakan di 75 % cabang, bahkan ada 4 kabupaten yang 100 % bidannya telah dilatih APN. Untuk mempertahankan kinerja pelayanan sesuai standar, IBI pun mempunyai program Peer Review yang sedang dan telah dilaksanakan di 40 % cabang. Mengantisipasi penerapan sistem legislasi dan lisensi oleh pemerintah melalui proses penilaian dan pemantauan terhadap pelayanan bidan, maka IBI bekerjasama dengan STARH, BKKBN dan DepKes telah memulai program peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengan standar kesehatan WHO. Program ini dutujukan kepada semua bidan praktek swasta dan dinamakan Bidan Delima, suatu merk dagang yang punya standar sudah ditentukan dan mempunyai keunggulan, kekhususan berkualitas tinggi, mempunyai nilai tambah, lengkap dan memiliki hak paten. Otonomi daerah Dengan adanya semangat otonomi daerah, menurut Prof Haryono perlu ditelaah kembali. Berdasar hasil penelitian internasional, otonomi daerah pada saat-saat awal ternyata mengendorkan upaya-upaya yang pada tingkat nasional telah berhasil dengan baik. “Bupati-bupati biasanya tidak terlalu ingat bagaimana melayani bidannya tetapi masih berebut supaya dipilih kembali. Pejabat-pejabat kebingungan karena biasanya jadi kanwil sekarang rebutan kursi dengan kepala dinasnya.” Ditambahkannya lagi, banyak kasus terjadi di beberapa negara berkembang, mereka mengalami kemunduran gara-gara otonomi daerah. Banyak negara yang semula hebat menurunkan kematian ibu hamil dan melahirkan turun drastis gara-gara otonomi daerah mulai mengalami naik turun. Fenomena ini terjadi karena mereka menungu petunjuk dari pusat, sementara proyeknya belum turun maka anggaran pun belum ada. Padahal, otonomi daerah itu intinya harus diprakarsai dari daerah dan anggaran harus dicari dari kantong sendiri. Dengan adanya kegamangan itu, perlu dikembangkan strategi pemberdayaan yang mandiri untuk meningkatkan mutu keluarga, perempuan, anak-anak dan remaja di dalam proses pemberdayaan ibu sehat, keluarga sehat, keluarga yan beruntung, bekerja dan membangun. “Strategi ini bukan sekedar wacana, tetapi pada perubahan tingkah laku,” tegas Prof Haryono seraya menambahkan, “strategi yang perlu kita segarkan kembali adalah komitmen yang tinggi melindungi ibu-ibu dan anak-anak pemegang masa depan bangsa. Targetnya adalah dengan mengukur makin tingginya mutu punduduk Indonesia atas dasar human development index.” Bidan Mandiri Dari 70.000 bidan yang sudah mulai bergabung dengan posyandu dan Polindes di desa-desa, ungkap Prof Haryono, sekarang tinggal 22.000, sementara yang lainnya setelah kawin dan alasan lainnya telah beralih profesi. Ada yang menjadi istri kepala desa, istri camat, istri pedagang, sehingga melupakan ilmu kebidanan dan pertolongan untuk ibu hamil dan melahirkan.“Apabila kita ingin bidang kesehatan dan KB maju, pelayanan ibu sehat ini harus tetap dijadikan profesi kapanpun dimanapun kita berada,” cetus Prof Haryono. Ironisnya, pelayanan pemerintah berupa obat-obatan dan alat kontrasepsi mulai tahun 2004 hanya antara 20 – 30 %. Artinya, antara 70 –80 % harus dilayani masyarakat sendiri atau swasta. Oleh karena itu, perlu dilakukan advokasi agar bidan dengan kerjasama tim dokter dan akademisi pendidikan dapat meningkatkan mutu bidan sehingga kesehatan ibu dan anak dapat dideteksi secara dini. Kalau bidan tidak bisa melayani di tempat praktek atau di posyandu atau di polindes dapat diteruskan kepada para dokter. Pascasarjana Unair saat ini sedang menyiapkan suatu jaringan di sepuluh kota dan kabupaten sebagai payung proyek pertama, termasuk Surabaya, Malang dan sekitarnya. Untuk meningkatkan mutu dan jaminan ibu-ibu bidan ini akan dilakukan pertemuan sekitar dua atau tiga bulan sekali. Diharapkan, akan ada kerjasama dengan bank pembangunan daerah agar para bidan dapat menjadi anggota dan penerima kartu bidan mandiri, sehingga para bidan mudah menerima kartu kredit dari bank Jawa Timur untuk menolong para akseptor yang mungkin tidak bisa membayar kontan harga obat suntikan. “Obat suntikan 3 bulan dipakai sekali kalau bayar 3 bulan hanya pada waktu disuntik itu mahal, bisa dicicil seminggu sekali atau sebulan sekali, “ saran prof Haryono didepan `peserta forum seminar yang saat itu hadir pula beberapa pengurus BPD Jatim. Usulan lainnya, akan ada pelatihan bidan junior secara tersendiri. “Kalau dalam dua tahun sekali, bidan delima mengambil bidan senior, maka bidan junior akan kita latih juga. Sehingga ada semacam kerjasama yang erat, yang intinya adalah memberikan kesempatan sebanyak mungkin agar pasangan ibu yang ada dapat dibantu. Oleh karena itu sejalan dengan penyediaan pelayanan yang disediakan Bank Jatim, kita sediakan juga kontrasepsi mandiri, di setiap desa minimal ada 1 bidan mandiri.” Seminar yang dihadiri 230 pengurus IBI se-Jawa Timur dan Badan Pusat statistik (BPS) dari 15 cabang ini diharapkan dapat menambah pengayaan dari kegiatan dan program yang telah ada, sehingga memperkuat kemandirian dalam langkah serta pemberian pelayanan kepada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hai....tinggalkan komentar ya!!!!